Kamis, Agustus 03, 2006

on
mampir baaaaaaaaaang....


Nyariin buat cari jawaban pertanyaan konyol ini malah banyak nemuin situs2 'hot'. Soalnya tiap nulis "origin of red light district" atau "victorian prostitution," dan nengok mbah Google tentang sejarah pelacuran malah kadang bikin mampir ke situs kategori 'bimbingan orang tua', padahal kalo orang tua ngelihat nggak mungkin bisa mbimbing...dodol !

Menurut situs the Origin of Phrases , isitlah "distrik lampu merah" merunut kembali ke masa-masa kejayaan kereta api di awal abad XX. Awak kereta api sering menggunakan lentera merah untuk urusan sinyal dan pencahayaan, dan rata-rata mereka bawa satu lentera kalo pulang kerja. Ketika mereka sedang mengentot pelacur, orang-orang ini ninggalin lentera ini di serambi rumah bordil, mungkin sebagai tanda bahwa 'jangan ganggu lagi asyik nih...".

The Phrase Finder bulletin board punya penjelasan yang lain, merujuk ke tahun 1890s. Pelacur suka ngasih tutup lampu dari kain yang berwarna merah, dan narok itu lampu di jendela mereka buat ngiklanin diri, kayak lampu taksi kalo lagi kosong itu lho! Praktik ini pun masih dilakuin sampai hari ini di berbagai tempat, dan yang paling terkenal ya di Amsterdam. Distrik lampu merah kota itu bernama Walletjes atau Wallen (sama aja artinya, tembok) atau Rosse buurt (artinya tetangga yang berwarna merah ato pink ). di Belanda, pelacuran memang pekerjaan yang syah, dari dulu (pantes njajah nenek moyang kita, dasar negri lonthe!). Distrik lampu merah Amsterdam kalo malam penuh dengan jendela yang bersinar merah, dimana para pelacur berdiri dan suka pura-pura lagi nanggalin pakaian buat narik lelaki idung bangsat kayak elu pade !

Tentu saja kompleks pelacuran bukanlah sesuatu yan baru. Banyak kota-kota besar menyediakan kompleks 'lampu merah" di era Victoria dan jaman sebelumnya, dan tentu saja tukang bikin UU bikin UU buat ngatur pelacuran ini. Kadang, polisi cumak 'mampir' ajah di kompleks begonoan, soalnya kan para pelacur itu 'informan' yang multi-guna. Biasanya UU nya sih cuma berkaitan degnan masalah kesehatan ajah. Contonya, Britain's Contagious Diseases Act tahun 1869 mensyaratkan para pelacur untuk didaftar secara resmi dan dipriksa secara berkala 'barangnya' penyakitan ato masih 'mantab'.

Nah, pengarang-pengarang modern di pertengahan abad XIX suka nulis kompleks pelacuran ini sebagai distrik lampu merah gitu lho ! Daripada pusing mikirin kenapa nggunain kata 'lampu merah', lebih baik ayo kita lihat yang 'berjendela merah'....

1 comments:

Trimakasih udah bertanya....